Senin, 30 Januari 2017

Cita dan Cinta Memerah diUjung Senja II (Reana Bunuh Diri)



Aku membiarkan Reana tidur begitu lelap tanpa mengusik sedikitpun meski aku mulai kebingungan harus kemana arah yang harus dituju tiba-tiba dirinya menggeliat lembut, meski lembut geliatannya itu membuat bagian dada (*bukan buah dada) atasnya sedikit terbuka sehingga menyuguhkan pemandangan cukup membuat dadaku berdegup kencang seketika, darahpun berdesir hebat. Meski aku sering keluar masuk club malam dan pemandangan yang demikian sudah biasa aku alami, namun pagi ini aku benar-benar sulit mengendalikan pikiran kotorku. Kulit Reana begitu terlihat putih bersih mulus, aku rasa setiap lelaki normal mana pun akan mengalami hal yang sama denganku. Kulit bagian dadanya itu semangkin pancarkan keindahan bak kilatan mutiara ketika disinari mentari pagi yang mulai menampakkan dirinya tanpa basa-basi yang mana akan memberikan kehangatan bagi setiap mahkluk hidup penghuni alam. Mata nakalku pun seakan-akan enggan melepas pemandangan itu.

"Joe!!! Awas!!!" Riana berteriak, Reana telah membuka matanya. Aku pun kaget dan membanting stir kearah kiri badan jalan dan menekan pedal rem dengan kuat sehingga menimbulkan suara mencicit diaspal yang menyisakan bekas dari ban mobil berbentuk garis hitam. Entah dari mana munculnya tiba-tiba didepan ada sebuah sepeda motor yang dikedarai seorang anak lelaki umur 15 tahunan, spontan juga ikut berhenti setelah menekan pedal rem sepeda motornya yang jika tidak reflek ikut mengerem maka akan dihentikan oleh kap mobil bagian depan dan tidak terbayangkan apa yang akan terjadi.
"Maaf kak, aku kurang hati-hati nyetir. Konsentrasiku terbepacah kak..!" Aku pun angkat bicara dengan gugup dan raut wajah memucat.
"Oh iya Joe ayo kita turun! Lihat dulu adek itu, kasihan..." Reana tidak menjawab rasa menyesalku telah teledor menyetir mobilnya.
"Ya kak, kita turun...!" Hampir bersamaan kami pun turun menghampiri anak lelaki pengendara motor yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat kumenghentikan mobil, wajahnya pun masih pucat pasi dengan sedikit tangannya bergetar memegang stang motornya.
"Maap dek,  kamu tidak kenapa-kenapa...?" Suara Reana terdengar lebih dahulu sebelum aku sempat berbicara. Terlihat wajah Reana bigitu khawatir sekali ketika melihat anak tersebut. Aku pun ikut mersakan kekhatiran yang dirasakannya.
"Oh...! Tidak apa-apa mbak. Aku yang salah, tidak hati-hati mengendarai motor. Aku tergesa-gesa mbak, maafkan saya mbak...!" Wajahnya pun tertekuk sendu merasa bersalah
"Loh... kok kamu yang minta maaf? Kita yang salah dek, yakin kamu tidak kenapa-kenapa dan baik-baik saja???" Reana malah terlihat kebingungan dengan pernyataan anak tersebut sambil milirik kepadaku seakan-akan meminta keyakinan bahwa anak tersebut memang tidak kenapa-napa.
"Hhmmm... syukurlah kalau begiti dek, maafkan juga saya tidak hati-hati berkendaraan. Maukan memaafkan saya dan mbak ini?" Aku akhirnya ikut bicara untuk memastikan anak itu keadaannnya benar-benar baik-baik saja.
"Iya mas, saya tidak kenapa-kenapa kok. Hanya kaget saja mas. Maafkan juga saya ya mas, mbak...!" Jawab anak itu sembari menyodorkan tangannya ingin bersalaman, Reana dan aku pun menyambut salamanya dengan segera dan tersenyum senang sekali setelah yakin anak tersebut memang tidak kenapa-kenapa.
"Memangnya kamu mau kemana dek?" Reana kembali bicara
"Mau ke apotik didepan itu mbak, membelikan obat untuk ibu saya yang lagi sakit. Sekarang ibu saya ada dirumah sakit kak." Sembari menunjuk kearah seberang jalan didepan kami berada.
"Owh... kalau begitu ayo barengan saja ke apotiknya dek. Kebetulan saya juga mau ke apotik hari ini, karena didepan sana ada apotik sekalian sekarang saja...!" Kata Reana
"Baik mbak, tidak apa-apa...!" Anak tersebut pun menyetujui permintaan Reana untuk barengan ke apotik didepan sana yang jaraknya tidaklah begitu jauh dari kami berhenti tadi.
"Ayo Joe...!" Reana mengingatkanku untuk segera kembali ke mobil dan pergi ke apotik. Kulihat dari spion anak tadi mengikuti pelan dari belakang.

Beberapa menit kemudian kami pun sampai di apotik yang dituju, aku dan anak lelaki tadi pun memarkirkan kendaraan masing-masing. Lalu kami masuk ke apotik tersebut, anak lelaki itu pun menyodorkan secarik kertas kebagian penerimaan resep, mungki itu resep dari dokter. Sementara Reana pun terlihat ketempat itu, namun tanpa memberikan secarik kertas pun. Hanya terlihat berbicara saja dengan penerima resep tadi. Entah apa yang dibicarakan aku tidak tahu, karena jarakku duduk cukup terbilang jauh, ditambah lagi hiruk-pikuknya suara kendaraan yang mulai ramai dijalanan luar sana. Aku pun mengeluarkankan gadgetku dari saku celana dan memainkan salah satu game yang ada sambil menunggu Reana dan anak lelaki itu selesai menunggu obat yang mereka pesan. Tidak berapa lama Reana pun menghampiriku tanpa anak lelaki tersebut, aku lupa menanyakan namanya.
"Ayo Joe kita pulang...!" Suara Reana kembali terdengar
"Kita pulang? Pulang kemana kak???" Aku malah jadi bingung ketika Reana berkata kita pulang
"Pulang kerumahku Joe keren baik hati sayang... emangnya kamu mau jadi security tanpa dibayar di apotik ini?" Reana tersenyum sedikit menggoda dengan gayanya yang lumayan lucu, senyumannya begitu indah tanpa dibuat-buat. Ah...Reana meamang wanita cantik... seandainya...
"Joe ayo, kok malah bengong gitu kamu?" Reana membuyarakan pikirinku yang sedang berangan-angan.
"E...eh... iya kak kita pulang kak...!" Jawabku gelagapan dan menyetujui ajakan kita pulang Reana.
Aku dan Reana pun kembali menuju tempat aku memarkirkan mobil Reana tadi. Kulihat motor anak lelaki yang tidak sempat aku tanyakan namanya tadi masih ada diparkiran tersebut. Kemudian kami pun kembali melanjutkan perjalan menuju pulang. Ya, pulang! Padahal aku sendiri tidak tau pasti rumah Reana dimana.
"Kita kejalan Edelwies  III Joe...!" Reana menyebutkan sebuah nama jalan yang mana aku tahu jalan tersebut adalah lokasi berdirinya sebuah apartemen mewah yang ada dikota tempat ku menetap sementara untuk menuntut ilmu (kuliah) kebetulan aku adalah seorang mahasiswa teknik semester akhir  disalah satu Universitas yang ada dikota itu.
"Ya kak...!" Jawabku singkat dan menuju jalan Edelwies III

"Ayo Joe, masuk jangan malu-malu. Anggap saja rumah sendiri yang nyonya besarnya lagi besama kamu. Joe dijamin aman..! Hehee... " Reana mempersilahkan aku masuk kedalam apartemennya sambil tertawa renyah namun merdu ditelinga, semabari bercanda, Reana mempunyai jiwa humoris juga ternyata.
"Ya kak, terima kasih. Tapi mohon maaf kak! aku harus segera pulang kekosanku. Sebelumnya mampir dulu ditempat semalam untuk mengambil motor yang masih tinggal disana kak...!" Aku sebenarnya baru tersadar dan ingat bahwa motorku masih di pelataran parkir tempat kubertemu Reana semalam.
"Masuk dulu Joe, ngopi dulu kita Joe! gak baik menolak ajakan nyonya rumah Joe, ntar kamu nyesal seandainya nyonya rumah marah dan loncat kebawah apartemen. Emang kamu mau tanggung jawab Joe...?" Aku tidak enak hati jika menolak ajakan Reana untuk masuk kedalam ruangan apartemennya, tapi lebih tidak enak lagi dua orang berlainan jenis hanya berduaan disatu ruangan yang sama. Meskipun aku sedikit liar dan sering keluar malam, aku masih tau mana yang wajar dan tidak wajar aku lakukan. Apa lagi ingat pesan orang tua dikampung jangan berbuat yang melanggar norma sesampai dikota tempat kamu menuntut ilmu nantinya. Kota itu penuh godaan, kami sebagai orang tua juga tidak akan mengekang kamu. Toh kamu sudah besar dan tahu membedakan mana yang baik dan tidak untukmu (pesan ayahku ketika aku memutuskan untuk kuliah dikota). Aku memang dari kampung yang hanya untuk menuntut ilmu agar tercapainya cita-cita yang aku ingankan, dan bisa membahagiakan kedua orang tuaku dikemudian hari setelah menyelesaikan kuliah dan bekerja kelaknya.
"Sudahlah Joe, tidak usah memikir yang macam-macam kamu. Aku tau apa yang ada dipikiranmu saat ini, santai saja, gak usah risih. Tadikan sudah saya bilang anggap saja rumah sendiri...!" Wajah reana terlihat kecewa dengan penolakanaku, berharap aku mau masuk.
"Bukan begitu kak, tapi aku...aku...tapi...aku..." Kembali kebingungan menjawab
"Ya tidak apa-apa jika kamu memang tidak mau dan keberatan untuk masuk Joe, kamu memang tidak pantas masuk ketempatku ini. Kamu terlalu baik, aku ini hanya sampah Joe. Terima kasih semua waktumu Joe yang telah berbaik hati menemani ku semalan dan sampai mengantarkanku samapai ketempat ini..." Reana berbicara dengan wajahnya semangkin membuat aku serba salah dan merasa berdosa menolak kebaikannya untuk sekedar menikmati secangkir kopi hangat yang akan disuguhkannya. Matanya memerah seperti ingin menangis, wajahnya cantiknya sendu seperti memendam kesedihan dan kecewa teramat dalam oleh penolakanku.
"Kak... maksud aku bukan begitu kak, aku tidak ada niat menolak kok. Tapi, memang harus kembali motorku kak...! Maafkan saya kak, telah membuat kakak sed...h...hi..sedh... loh kak??? Jangaaaaaan!" Belum selesai ucapanku yang terakhir, kulihat Reana dengan sedikit berlari mengarah kejendela aprtemennya. Sekilas kulihat Reana benar-benar menangis. Bahaya juga ini perempuan, benaran mau loncat seperti yang dia katakan tadi. Sensitif dan labil sekali jiwa Reana. Aku panik, gak terbayangkan jika Reana benar loncat dari atas gedung apartemen itu. Spontan aku masuk dan mengejarnya dan sesampai didekatnya aku pun berbicara
"Kak, jangan nekad dong! Mau bunuh diri ya? Bunuh diri itu dosa kak! Oke...oke! Aku akan masuk kak! Maafkan aku kak..! " Aku benar-benar panik dan ketakutan.
"Hhihiihi, siapa juga yang mau bunuh diri. Saya masih waras Joe...! Kamunya saja yang panikan. Lihat! Kamu sudah masuk kok Joe, terima kasih ya kamu telah berbaik hati mau masuk meski dipaksa...! Hahaa! kamu itu lucu dan masih polos ternyata Joe mau-maunya kamu ditipu dengan akting pura-pura saya Joe...!" Reana tiba-tiba tertawa riang dan menertawai aku yang makin bingung dan sedikit mulut menganga dengan tubuh berdiri kaku. Telat mikir, Reana kemballi tertawa.
"Hiihiiihiihii...gemessssss....!!!" Tangan Reana pun memencet hidungku yang tidaklah mancung sehingga aku gelagapan.
"Kaaakaaaaaaaaaakkkkkkkkh! Sadis!" Aku pun beteriak keras setelah menyadari itu semua hanya akal-akalan Reana saja dengan berpura-pura sedih dan menangis nekad mau bunuh diri
"Hihiihii... Joe...Joe...Joe...! Tampang kamu saja yang keren serta terlihat dewasa Joe. Tapi, masih polos..." Reana kembali tertawa, sementara aku hanya garuk-garuk idungku yang telah dipencet Reana tadi.
"Lagian motor butut kami pikirin Joe, itu motor kamu ada diparkiran. Lihat, dan buka mata kamu lebar-lebar...!" Kata Reana sembari menunjuk kebawah jendela apartemennya. Aku pum melihat kearah bawah sana. Astaga! Benar motorku memang ada disana. Kembali wajahku bingung, sejak kapan itu motor ditempat ini? Ck...ck... aku berdecak takjub dalam hati. Reana...Reana... Wanita keren. Ya sudah, aku pun tidak memikirkan motor bututku kata Reana tadi. Sudah pasti yang membawa orang suruhan Reana. Motor bututku memang tidak pake kunci ngidupinny. Rahasia!

Sementara Reana sudah beranjak dari pinggir jendela, dan terlihat sibuk menyeduh kopi dan menyedia beberapa roti. Kemudian menaruhnya di atas meja, dan memanggilku.
"Joe! Sini...sarapan dulu...'
"Okr kak Reana Cantik Menyebalkan....!" Kataku sembari menuju tempat Reana yang telah melahap roti yang tadi disediakannya tanpa mempedulikan ocehan sebalku. Ya menyebalkan, tapi hatiku tidak dendam. Malah merasa senang dan damai, Reana sebenarnya telah mencairkan kegundahanku memikirkan skripsi yang akan aku selesaikan segera. Ulahnya tadi telah menghiburku juga. Setelah tersadar bahwa aku dikerjai Reana tadi, sebenarnyabaku mau tertawa juga. Tapi rasa bingung melenyapkan tawaku, ditambah lagi hidungku di pencetnya dengan tiba-tiba. Pencetannya memang tidak keras dan menyakitkan. Kurasakan ada kehangatan dan kasih sayang saat itu, hati terasa damai, seakan-akan aku menemukan sosok seorang ibu yang sedang bercanda dengan anaknya. Bukanlah pencetan seorang Reana Wanita yang kulihat semalam. Sambil menikmati roti dan secangkir kopi, pikiranku kembali melayang pada kejadian beberapa jam lalu, yang mana oleh ulah mata nakalku memperhatikan geliat lembut Reana kami hampir celaka! Astaga... kotornya pikiranku pagi itu. Aku pun merasa bersalah dan berdosa... Ternyata didalam diri Reana tersimpan kebaikan, terbukti ketika dirinya begitu panik dan merasa khawatir akan diri anak lelaki yang hampir saja aku tabrak. Padahal jika Raeana mau bisa saja memintaku untuk segera berlalu dan meninggalkan anak lelaki bermotor itu. Tapi tidak dilakukannya.

"E...e...siKeren Polos bengong lagi...? Ada apa Joe? Dendam dengan ulah saya tadi ya...? Hihihi" Ternyata memperhatikanku, dan kembali tertawa menggoda penuh kemenangan berhasil menipuku dengan aktingya tadi.
"Hehe... tidak kok kak, aku tidak bengong. Meresapi betapa nikmatnya kopi seduhan kakak Reana ini. Pas sekali dengan seleraku. Jadi ingat kopi buatan ibuku dikampung..." Kataku menutupi apa yang ada dalam pikiranku agar Reana tidak banyak tanya. Aku mempuanyai pirasat Reana ini tidak bisa dibohongi.
"Oke, terima kasih ya Joe telah menikamtinya...!" Sahut Reana sambil menatap wajahku.
"Ya kak, sama-sama..." Aku pun membalas ucapan terima kasih tulus dari Reana.
"Eh, Pintar jugag kamu menyenangkan hati saya Joe. Apakah kamu akan selalu berkata begitu kapada setiap perempuan yang baru kamu kenal kemudian menyeduhkan ksecangkir kopi dan menagatakan rasanya sama dengan buatan ibumu? Wahhhh, jika benar jago merayu cewek juga kamu sepertinya Joe, sudah berapa korban cewek yang jatuh kepelukanmu Joe...???" Rean terus berbicara sambil mengerutkan keningnya penuh selidik dan tersenyum lucu menggodaku.
"Ah, kakak ini ada-ada saja...! Lupakan dan simpan saja pertanyaan kakak di lemari es kak. Hahaahaa!" Celetukku membalas canda Reana, karna aku tau pertanyaan Reana tadi hanya sebuah candaan belaka, mungkin agar suasana tidak jadi kaku.
"Oke deh...! Malu mengakuinya ya??? Hihihi... Makin terlihat polos dan lucu kamu Joe. Makin membuat aku gemes dan ingin memencet ulang hudungmu yang standar nasional itu Joe! Hihi...!" Reana kemabali tertawa melihat wajah cemberutku.
"Kakaaakkkk... jangan nyinyir seperti nenek-nenek ah!" Jawabanku ketus pasang wajah sebal dan mata dibesarkan. Suasana semangkin terasa akrab, aku hanya pura-pura marah saja, dan aku pun lupa bahwa sedang berada disatu ruangan yang sama dengan lawan jenis.
"Oke deh. Maaf... Joe Keren Polos Plontos...! Oke Joe, aku mau istirahat dulu Joe. Menyambung mimpiku yang tertunda tadi karena hampir nabrak anak lelaki ulah mana nakalmu itu Joe...! Hihii. Bye...Joe!" Reanapun beranjak dan langsung masuk ke dalam kamarnya dan hilang dari pandangangku
"Uhukhk!" Aku kembali tersedak yang kedua kalinya setelah semalam tesedak ketika mendengarkan pembicaraan Reana degan Lelaki Tampan tersibut...

Bersambung...


By: Abhenk Gokil





Sabtu, 28 Januari 2017

Mak NdtCantikBaikHatiSedunia




Ibu cantik ini dirinya juga salah satu korban keusilanku, sosoknya ibu berparas ayu, cantik, lembut dan bersahaja, ramah, dan murah senyum. Usilku terhadapnya memang tidak separah korban lainya, namun tetap menjadi korban. Emang dasar saya! Hehehe. Awalnya tidaklah begitu dekat dan tidak berani sama sekali untuk dijadikan korban. Aku sangat menghormatinya sekaligus menjadi pengagumnya, kagum dengan sosoknya yang penuh keibuan. Pertama kali mulai kenal ketika dipanggil untuk segera menghadap keruangan kerjanya, "Abhenk bisa menghadap ibuk besok...?" Pintanya melalui sebuah kolom komentar diakun sosialku. Ibu ini tidak kalah eksisnya dengan diriku didunia maya, banyak yang menyukai setiap postingan-postingan kegiatan yang diupload ke akun sosial miliknya. Bahkan mengalahiku, memang update terus ini siibu, iri juga jadinya. Hehehe! "Bisa ibuk... besok abhenk akan menghadap ibuk...!" Balasku. Heran! Tiada angin tiada hujan disuruh mengahadap, pertanyaan bergelut dalam hati. Ada apa ya? Kok saya disuruh menghadap? Apa saya ada salah? Perasaan sangat tidaklah menjadi nyaman saat itu. Esok harinya, setelah jam istirahat kuliah aku akan menghadap. Tiba-tiba rasa takut menghantui, mau masuk nyali menjadi ciut. Bolak-balik akan menuju ruangan kerjanya, namun tidak pernah sampai. Saya berbalik lagi kebelakang. "Ah...! Gak usah saja menghadap, tapi kalau tidak menghadap takut dimarahin nantinya... gimana neh...???" Aku bingung sendiri. Wajah sudah pucat pasi dengan sedikit tubuh gemetaran, kenapa tidak? Karena ibu ini bukanlah sembarangan posisinya dikampus tempat Kuliahku. Semua orang kenal dan tau siapa dirinya. Coba lagi memberanikan mau menghadap, gagal lagi! Cuma sebatas pintu utama sebelum pintu masuk ruangan kerjanya. "Oh...Tuhan, beri aku kekuatan..." berdo'a dalam hati. Tetap tidak mempunyai nyali, rasa takut telah mengusai pola pikir sehatku. Kemudian akhirnya minta ditemani oleh seorang teman yang aku beri nama Aguih padahal nama Agus (seperti nama kalender saja nama lu Guih! Hihihi) "Guih, temani saya dong... disuruh menghadap oleh ibu itu keruangan kerjanya. Saya gak berani...!" Pasang wajah memelas agar Aguih berbaik hati mau menemani, "Ah! Males gue, pergi aja sendiri. Palingan di DO, makanya jangan ngeyel dan sok oke bikin status difacebook! Rasain....!" Jawab siAguih. Saya kaget! Benar juga kata siAguih ini, mungkin ibu itu marah atau gimana melihat beberapa statusku difacebook. Gawat darurat kalau begini ceritanya, "Ayolah Guih, temenin saya... temanin sampai pintu masuk saja jadilah..." semangkin takut dan memohon agar ditemanin "Gak mau, bukan urusan gue kali. Makanya difacebook jangan berteman dengan dosen. Udah tau bikin status sering asal-asalan berteman dengan dosen! Rasain. Hahahhahaha!" SiAguih tertawa melihat saya menjadi serba salah dan ketakutan.

Waktu istirahat pun hampir abis, semangkin panik! Ya, sudahlah. Temui saja siIbu, mau diapain nantinya pasrah dan terima saja kalau memang ada bikin salah... Pasrah sangat...! Lalu kembali mencoba menuju ruangan dimana ibu itu sedang ada didalam yang ada beberapa mahasiswa juga didalamnya. Entah apa urusannya tidak tahu, setelah mahasiswa itu keluar saya pun ucapkan salam dengan wajah yang masih pucat dan tubuh gemetaran, "Assalamu'alaikum ibuk... saya abhenk yang ibuk minta menghadapa kemaren...!" Sumpah, kikuk dan entah berasa dialam mana saya waktu itu. Takut! "Wa'alaikumsalam... Oh iya, silahkan duduk abhenk..." siIbu menjawab salam dengan senyuman ramah dan suaranya lembut terdengar. Rasa takut pun mulai berkurang. "Ada apa ibuk memanggil abhenk buk...?" Beranikan diri untuk memulai pembicaraan setelah duduk didepannya yang dibatasi meja kerja Ibu tersebut, "Hmmm... begini abhenk, ibuk kemaren melihat postingan slide vidio poto difacebook abhenk... jadi ibuk terinspirasi juga untuk dibikinkan slide vidio poto itu. Berhubungan masa jabatan ibu mau berakhir kalau bisa ambil poto-poto kegiatan ibuk mulai dari awal masa jabatan, potonya ada difacebook Univesitas. Bisakan abhenk bantu ibuk...?" Alhamdulillah... bernafas lega. Ternyata siibu meminta untuk menghadap hanya untuk agar dibantu membuat slide poto vidio ternyata! Hahaha! "Oh... bisa ibuk! Saya kira ibuk memanggil saya ada kesalahan...! Menjawab sambil senyum. "Tidak ada salah abhenk kok.. Oke! Ibuk tunggu hasilnya ya abhenk..." dan saya pun permisi keluar dengan hati plong! Selamat... Malamnya langsung dikerjakan, sayangnya signal hape seluler lagi tergaganggu jadi tidak bisa mengupload langsung kefacebook setelah pembuatan slide vidio poto permintaan siibu. Besok harinya baru bisa. Allhamdulillah diterima dengan senang oleh Ibu Wakil Rektor III Universitas temapatku kuliah.

Sejak itu komunikasi dengan ibu WR semangkin lancar, meski melalaui akun sosial. Bahkan aku dianjurkan untuk ikut aktif disalah satu UKM dikampusku. Sebelumnya juga diminta untuk membantu mendokumentasikan kegiatan kampus. Senang, memang hobi memotret momen-momen yang aku sukai. Tidak lama kemudian akupun mulai aktif di UKM, akupun diminta dan bertanggung jawab untuk mendokumentasi apa pun itu kegiatan mahasiswa dikampus. Mulai dari sinilah baik mahasiswa maupun dosen-dosen dikampus mulai mengenalku meski tidak semuanya. Berterima kasih sekali kepada ibu WR III yang telah membinaku untuk berperan aktif dikampus. Banyak ilmu yang aku dapatkan, salah satu menulis berita kegiatan kampus. Awalnya aku tidak bisa sama sekali, memang selain hobi memotret aku juga hobi menulis sebenarnya. Akan tetapi menulis berita itu beda dan tidak sama dengan tulisan lainnya, aku belajar membuatnya. Setelah selesai, aku minta ibu WR untuk melihatnya diblogku. Memang banyak salah dalam penulisan. Maka akan dibantu olehnya untuk mengedit ulang, aku pun tidak keberatan tulisanku diperbaiki. Malah senang, karena akan dimasukkan kewebsite kampus. Wah! Aku semangkin senang, bertambah lagi apabila semuanya sudah selesai dan telah masuk diwebsite kampus akan diberitahukan oleh ibu WR kepadaku "Abhenk, beritanya sudah ada diwebsite kampus tuh. Silahkan abhenk lihat...!" Betapa senangnya ketika membuka website dan melihat tulisanku dimuat dibagian kolom berita kampus. Aku pun semangkin semangat untuk belajar memperbaiki tulisan-tulisanku, "Iya ibuk, terima kasih ibuk. Senang sekal...!" Jawabku, "Iya... sama-sama abhenk... terima kasih..." Singkat jawabannya. Ya, singkat sangat. Ini juga yang kadang sempat membuatku sebel (hihihi, maaf ibuk), terkadang aku udah cerita panjang lebar kesana kemari lewat chat jawaban selalu singkat "okay, oke, ok, trimks, tq, o... ya, o...begitu ya... atau kasih gambar jempol, tersenyum..." Weleh! ini siibu hemat kosakata bangettttt...! Rutukku dalam hati, udah cepek-capek celoteh sana sani jawabannya cuma segitu doang? Huuuffff... lelah...! Ada juga dibalas panjang, cuma aku sudah terlanjur ngantuk dan tidur. Hehehe.

Usilku sama ibu ini ketika study tour setelah menyelesaikan KKN, saya bersama kawan-kawan seanggota KKN pergi kesatu daerah wisita, kita semuanya menginap di daerah tersebut yang kebetulan tempat menginap rumah orang tuanya. Gede banget rumahnya, sarat dengan unsur budaya. Aku suka menginap dirumah tersebut bersama kawan-kawan KKN. Pagi-paginya aku melihat ini ibu seadang asik berselfi ria dengan berberapa teman wanitaku, ada juga ibu pembina KKN. Mereka tidak menyadari diam-diam aku ikut mengambil poto mereka dari jauh, aku masuk kedalam mobil. Bermacam-macam pose dapat aku abadikan, aku pun tertawa ketika melihat ada pose yang lucu. Siangnya kami semua kembali pulang, sebelum pulang singgah dulu di kota pariwisata yang cukup dikenali masyrakat luas, baik lokal maupun internasional. Selfie bareng itu wajib! Setelah semuanya selesai akan kembali melanjutkan perjalanan menuju kota asal. Namun, aku tidak bisa ikut kembali bersama. Aku baru saja mendapatkan pesan bahwa harus segera kedaerah tempat kami study tour tadi. Aku pun tinggal sendirian, sedih juga rasanya melihat ibu WR dengan teman-teman lainnya pergi, aku lihat terus sampai mereka semua benar-benar lenyap dari pandanganku (sempat nangis, cengengnya kambuh. Usil tapi gampang nangis? Hehehe). Senja semangkin larut, sambil menunggu mobil jemputan aku kembali melihat hasil jepretan isengku. Aku kembali tersenyum-senyum sendiri melihatnya, lalu kurimin semuanya melalui kontak grup KKN yang mana ibu WR juga anggota grup setalah aku masukkan. Beberapa pose mereka yang lucu menurutku melayang layang menuju sasaran, tidak lupa aku tulis kata-kata usil sesuka hatiku. Hihihihi! Siibu yang potonya juga aku layangkan teriak-teriak digrup, "Abhenk... awas ya... poto yang jelek jangan diposting kegrup dong...!" Hahaha! Siibu panik sepertinya karena pose pose lucunya dilihat oleh anak-anak KKN yang ada digrup. Aku tidak peduli, makin menjadi-jadi malahan. Hahaha! Maafkan Abhenk Ibu Lefi Kurnia MakNdutBaikHatiSedunia... Hihihi!

Usilku tidak hanya sampai disitu, pada suatu hari aku iseng ngirimin poto keakunnya. Poto kaki yang diperban dan ditopang kayu. "Ibuk... kaki patah..." tidak lupa pasang gambar wajah sedih dan nangis (sok manja), capek nungguin balasan dari MakNdutCantikSedunia, berjam-jam baru dilihatnya. Aku tersenyum geli setelah chatku dibalas, "Kaki abhenk patah ya...?" Aku gak jawab segera, karena baru dapat warning dari Mak Peri (mak peri selau ada untukku, asyek) "Abhenk Mak Ndut itu tidak bisa dibecandain, kena apa-apa oleh mak ndut nanti tanggung sendiri ya...!" Begitulah kira-kira peringatan dari Mak Peri. Takut dan ngeri juga sempat Mak Ndut marah...! "Gak jadi patah kakinya ibuk, itu pura-puranya saja. Barusan abhenk dimarahin Mak Peri Ibu Jamilah MakRumpi..." Ngarang jawabanku, padahal Mak Peri hanya memperingatkan. Kemudian mak ndut kembali bals chat "Abhenk Ibuk lagi dirumah sakit sekarang, dirawat inap..." balasnya. Aku pun kaget, dan lupa istighafar "Waduhhhh... Ibuk sakit ya? Sakit apa Ibuknya???" Prihatin dan merasa bersalah becandaian orang yang lagi sakit, "Ada daging tumbuh dipunggung ibuk, besok mau dioperasi..." Aku pun bertambah kaget, lalu sibuk kasih tau kepada ibu-ibu lainnya bahwa MakNdutCantikSedunia sakit dan mau dioperasi. Paling aku desak itu untuk menjenguk adalah Mak Peri, Mak Peri pun patuh. Hahha! Namun siap itu malah berantem aku dengan Mak Peri "Bagusnya dibawain apa Mak Ndutmu Bhenk? Kue apa buah-buahan? Mak peri numpang saja sama abhenk ya...abhenkkan banyak duitnya..." Looool... mak peri ketawa. "Ogah, aku yang numpang saja sama mak peri. Aku kan masih bocah...!" Hahahha. "Ogah, pokonya mak peri numpang saja sama abhenk..." Weleh...ini si emak bandelnya kambuh sepertinya. Emang suka gitu tuh! Sebel...! "Oke... trus beli apa kita bagusnya ya?" Kata mak peri. "Beli Anggur saja mak...!" Jawabku... damai.

Esok harinya seteleah MakNdutCantikBaikHatiSedunia selesai operasai dengan lancar, Alhamdulillah... Tiba-tiba chat mak peri nongol, "Abhenk mak peri sudah bezuk ibu Lefi barusan bareng Ayah...! Giliran abhenk yang bezuk dengan rekan-rekan lainnya lagi ya...!" Aku protes "Loh? Kok mak peri pergi duluan? Katanya bareng...?" Ampuuuuun... mak peri usilnya juga lagi kumat malah kembali ngejawab "loooool..." ciri khas usilnya. "Yalah mak, abhenk besok saja bezuk mak ndutnya, abhenk tidak lagi dipadang sekarang. Tapi, temanin ya mak, abhenk tidak berani sendiri. Takut...! "Oke" kata mak peri. Sayangnya aku ketiduran, terbangun jam 2 siang, sementara jarak tempatku menuju padang lebih kurang 5 jaman. Bezuk mak ndut pun gagal. Maaf MakNdutBaikCantikSedunia. Mak Ndut memang baik hati dan penyabar. Beberapa hari kemudian mak ndut kembali beraksi didepan kamera disalah satu tempat wisata. Selain hobi poto mak ndut juga suka  berwisata ketempat keren. Terlihat dipoto mak ndut tetap cantik, dan bersahaja meski baru sembuh dari sakit. Semangat terus MakNdutCantikBaikHatiSedunia, selalu diberikan kesehatan, dimudahkan segala urusan dunia dan akhirat, dibukakan selalu pintu rezeki, dan paling utama tetap dalam Lindungan Allah SWT sekeluarga, dan bahagia selalu. Aamiin...

"Ibu Lefi Kurnia MakNdutCantikBaikHatiSedunia The Best, Selalu diHat. I Love U Mom"



By: Abhenk Gokil





Mak Peri Lol




Dirinya merupakan sosok wanita sederhana yang rendah hati meski ada beberapa hal yang harus dan pantas dibanggakan yang ada pada dirinya. Akan tetap tidak menampakan kelebihan itu, tampak biasa-biasa saja. Banyak hal yang kudapati darinya, kelebihannya yang aku suka adalah selalu ada waktu dan siap untuk mendengar keluhan ketika mendapatkan satu masalah yang aku sendiri terkadang tidak bisa memecahkannya. Sering kuceritakan apa yang kualami, masukan dan nasehat selalu diberikan. Biasanya ketika aku pada mendapatkan masalah yang sangat membebani pikiran, kelemahanku sering menyelesaikan dengan tidak benar, aku meradang lepas kontrol. Tempat pelampiasan adalah akun sosial yang aku miliki. Cacian, hujatan dengan pasti akan menghiasi wall akun tersebut yang mana akan membuat risih dan gerah setiap yang melihat. Tanpa segan dirinya akan menanyakan meski lewat chat "Kenapa dirimu nak, ada apa sih? Sepertinya lagi prustasi, ayo cerita saja sama ibu, mana tau bisa membantu mencari jalan keluarnya..." Katanya. "Tidak ada apa-apa ibu. Aku baik-baik saja kok.." Aku tidak akan langsung jujur mengatakan bahwa memang lagi ada masalah, tetap mencoba menutupi padahal semua orang tau aku memang lagi prustasi atau stres lebih tepatnya karena bentuknya tertuang di akun sosialku.Tapi dirinya begitu paham dan dapat mengerti bahwa aku enggan menceritakan apa yang kualami, "Ya, syukurlah kalau tidak apa-apa. Ingat jangan Arogan ya...!" Aku faham kemana arah dan arti kata arogan tersebut, bahwa selesaikan masalah yang dihadapi dengan baik dan benar. Dirinya benar-benar sosok ibu yang aku kagumi dan segani. Dasarnya aku yang punya pola pikir rada-rada sableng. Sering juga membangkang dan usil. Sering diganggu, terkadang ketika lewat dibelakang ruangan kerjanya aku ketok-ketok jendelanya kemudian lari tanpa tanggung jawab dan rasa bersalah. Tidak berapa lama kemudian dirinya akan berteriak lewat chat "Abheeeeeennnnkkkk! Ketok-ketok jendela ruang kerja ibu ya? Ngagetin saja, Awas ya..!". Aku hanya nyengir-nyengir saja melihat chat tersebut, dan membalas "Iya ibu mak peri baik hati sedunia? Ada apa ya? Mana ada aku ketok-ketok tadi. Aku orang tidak kuliah kok, free...!" Ngeles tidak mengakui perbuatanku, "Hmmm...udah salah, tidak mau mengaku lagi..." balasan chatnya. "Hehehehe... Ampun ibu...!" Balasku. "Kalau ibu pingsan karena kaget gimana...?!?". Aku pun mebalas sesuka hati "Ya, pura-pura panik. Lalu teriak-teriak sekeliling kampus mengatakan mak peri pingsan...mak peri pingsan..!" Dirinya pun akan tertawa "Hhhhh, jangan durhaka sama orang tua. Dasar Jean Kids...!" Aku pun gusar bila dibilang jean kids. Maka akan kembali ada chat darinya "Loooool..." Puas juga membuat aku gusar.

Ah... Mak Peri memang sosok yang menyenangkan, bisa mengimbangi kejahilanku. Awalnya aku kasih gelar mak peri karena korban aplikasi yang mengajak untuk mengetahui siapa seorang peri dalam hidup. Kemudian akupun mencoba untuk mengikuti perintah aplikasi, yang keluar sebagai peri adalah nama asli mak peri. Tidak percaya, dicoba bebebrapa kali lagi karena kurang yakin. Tetap saja yang keluar namanya. Aku pun membagikan hasil akhir dari apliksi lewat akunku, menunjukkan kepada dunia maya bahwa mak perilah sebagai periku. Sejak itulah aku memanggilnya mak peri, jarang dengan panggilan ibu kecuali dalam kedaan darurat dan genting atau didepan teman-temanku. Aku memang jahil Ibu Peri aku plestin jadi Mak Peri. Mak peri terkadang juga suka usil orangnyan, misalnya aku lagi serius menanyakan sesuatu maka dengan seenaknya akan menjawab "Ogah ah, lagi sibuk. Lu nyinyirrrr... loooool...!" kata lol selalu akan nongol dilayar ketika berhasil membuat aku uring-uringan dengan jawabnya. Mak Peri emang lucu. Kadang nyebelin juga sih. Pake ada semacam pertandingan bola saja jika usilnya berhasil ngalahin usilku "1-0, 2-0, 0-3... (dan seterusnya) Loool...!" maka aku yang terbalik jadi makanan empuk usilnya.Terkadang aku juga gak abis pikir yang usil sebenarnya siapa sih??? Capek juga ngadapinnya. Mak Peri tidak suka bila aku over pamer, maka akan protes dengan halus. Pernah kamar kosku kemalingan, aku kasih laporan kemak peri dengan niat agar dibela dan ikut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Namun apa yang kudapatkan? "Hmmm, ikut prihatin. Makanya lain kali kalau punya apa-apa jangan suka pamer, makanya jadi perhatian maling lu. Kalau mau pamer, cukup sama mak peri saja...!" Miris juga hatiku! (Grrrkkkhh). Mau marah gak bisa, yang dikatakannya memang benar. Aku memang suka pamer, apa-apa pamer. Jepret! Apa yang dimiliki dipoto, lalu posting (norak juga ternyata. Baru nyadar, Hahhaha).

Meski bisa dibawa bercanda, jangan coba-coba melanggar apa yang tidak disukainya. Paling gak suka bila gak sholat sepertinya. Jangankan tidak sholat, telat waktunya saja akan abis diceramahin (Bu Hajah sih). Hahaa! Eit? Tidak becanda. Mak peri benaran Hajah, mungkin tidak begitu banyak orang mengetahui bahwa dirinya adalah seorang Hajah. Sempat kaget ketika iseng mencari tau data-data lengkapnya diwebsite yang mana disana ada struktur kepemimpin Universitas tempatku kuliah (Mak Peri ini Dosen sekaligus orang no One disalah satu Fakultas) Dapat, aku geleng-geleng kepala dan kejang-kejang (lebay). Mataku melotot! Terlihat awal dan akhirnya namanya tertera Hj. Dr. Ir. Jamilah Munir, MP. Masyaallah! Jadi yang sering aku usilin selama ini bukanlah wanita sembarangan. Merasa tidak enak hati dan merasa berdosa. Kemudian aku langsung chat dan protes, "Makkkkk...malas aku mah...!!!" Teriak tidak jelas. "What? Ada apa nak? Kenapa malas...???" Bingung dengan teriakanku. "Pokoknya aku malas, abis cerita. Titik!" Ocehanku semangkin membuat mak peri bingung, "Iya, malas kenapa... malas makan? Ooo...malas masuk kuliah dan malas sholat ya? Sini gua bogem luh...!" Weleh... malah saya mau dibogem, nekad juga ini mak peri. "Bukan! Neh...!" Balasku sambil mengirimkan screen namanya yang bertitle. "Looooooooooooooooooool...!" Tertawa. Aku makin jengkel, "Malas aku mah, mak curang! Menipu aku dengan titlenya yang bejibun! Aku maluuuu... sering usil dan gangguin mak. Ternyata mak bukan orang sembarangan...!" Kembali aku dilolin sama siemak "Loooooool...! Itu semuanya hanya titipan dari Allah SWT anakku sayang...! Kita harus mensyukuri semua pemberiannya. Suatu saat akan kembali jua kepada-Nya..." Jawaban sederhana, tapi padat berisi. Akupun terdiam disudut sambil manggut-manggut dan garuk-garuk kepala yang tidak gatal, "Iya mak... maafin aku sering usilin dan jahilin mak peri ya..." balasku. "Malas ah, biasa aja kali lebay...!" balas mak peri. Hahhaa, bahasanya itu lho. Bikin aku kembali garuk-garuk idung malahan, ngupil..! Hihi! "Oke, suka-suka mak bawel lah...! Haha! " balasku. "Mangkel ni yeeee...! Looool...!" Mak peri kembali memancing kejengkelenku, "Kalau mau mendapatkan semuanya itu, sekolah dan belajar yang rajin, rajin ibadah, rajin berdo'a... niscaya akan dijabah oleh Allah SWT..." dikasih pencerahan lagi. "Baiklah mak peri bu Hajah...!" Aku pun kabur, kabur dari dunia maya... Beberapa menit kemudian nongol lagi. Hahaha!

Terima kasih mak peri, telah banyak memberikan nasehat kepadaku, belum semuanya aku laksanakan dengan sempurna baik saran dan masukannya. Mohon maaf sering menggangu kesibukan mak peri, bahkan sempat penulisan Karya Ilmiahnya yang akan dipersentasekan ke Jogyakarta sempat tertunda penyelesaiannya karena meladeni ulah usil dan curhatan masalah yang kuhadapi...
"Mak Peri The Best, I Love U Mom"


By: Abhenk Gokil




KEMAH BAKTI MAHASISWA (KBM) MAHASISWA BARU UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG TA 2015/2016



InfokomBEMUnitas_Pdg - Setelah melaksanakan kegiatan orientasi mahasiswa baru, kurang lengkap kegiatan tanpa adanya kegiatan lain seperti Kemah Bakti Mahasiswa (KBM). Maka, atas kerjasama Panitia Pelaksana dan dukungan dari pimpinan Universitas Tamansiswa Padang diadakanlah Kemah Bakti Mahasiswa yang diadakan selama 2 hari, Minggu dan Sabtu (19-20 September 2015) di Pondok Pesantren MADINATUL ILMI Kec, VII Koto Buluah Sasok Sungai Sariak-Padang Pariaman.

Kemah bakti ini wajib diikuti oleh mahasiswa baru Universitas Tamansiswa Padang, karena merupakan langkah awal dalam memupuk semangat belajar bagi mahasiswa baru yang memasuki dunia perkuliahan. Selain itu untuk memupuk dan membina motivasi semangat pendidikan nasional sebagai cita-cita bangsa yakni membentuk manusia indonesia seutuhnya. Mahasiswa baru juga dibentuk rohani dan jasmani yang sehat dan kuat, contoh salah satunya panitia mengajak dan menghimbau mahasiswa baru untuk melaksanakan sholat berjama'ah dan olah raga pagi setelah melaksakan sholat subuh. 

Kemah bakti tersebut tentu juga tidak terlepas dari tujuan, tujuan utama diadakan kemah bakti adalah untuk melatih mahasiswa dalam mengimpelementasikan tugas mahasiswa yang mencakup Tri Dharma Perguruan Tinggi. Bahwasanya setiap perumusan kegiatan perlu diarahkan untuk mendukung program pemerintah, khususnya pemerintah daerah yang menempatkan kehidupan sosial sebagai prioritas utama.

Pelaksanaan kegiatan kemah bakti mahasiswa baru Universitas Tamansiswa Padang dihadiri oleh bupati padang pariaman Drs. H. Ali Mukni, beliau menyambut baik dan mendukung penuh kegiatan kemah bakti tersebut. Sebagai simbolis juga dilakukan penanam pohon oleh beliau di lingkungan pesantren Madinatul Ilmi sebagai bentuk peduli lingkungan dari mahasiswa baru Universitas Tamansiswa Padang. 

Kemudian penanaman pohon dilanjutkan oleh mahsiswa baru, dan berkelanjutan membersihkan lingkungan pesantren dan mengecat ulang bangunan pesantren tersebut. Mahasiswa baru tampak beremangat dan saling bahu membahu demi suksesnya kegiatan kemah bakti mahasiswa baru tersebut. Tidak lepas dari pengawasan panitia dan pembina, pastinya.

Selain penanam pohon juga diadakan penaburan bibit ikan oleh rektor Universitas Tamansiswa Padang Ki. Dr. Ir. Irwandi Sulin, MP yang di dampingin oleh wakil rektor Nyi. Meita Lefi Kurnia, Ir. April Muhammad MP selaku pembina kemahasiswaan, dan lainnya. 

Kembali puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya kegiatan kemah bakti mahasiswa baru terlaksana dengan baik sesuai dengan yang diharapakan. Ucapan terima kasih kepada seluruh panitia, pemerintah setempat, masyarakat, dan yang berkesempatan hadir dalam kegiatan tersebut. Karena kegiatan bukanlah apa-apa tanpa kerjasama yang baik dan solid, Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh. Berikan yang terbaik untuk Universitas Tamansiswa...

Salam dan Bahagia!

InfokomBEMUnitas_Pdg



Jean Kids Mak Peri


Kenal dengan dan dekat dengan Jean Kids kudu sabar, dan siap-siap diusilin gak siang gak malam. Ini siJean Kids rada apa-apalah, ketika usilnya kambuh tidak pilih kasih (pukul rata, adil dan bijaksana kali ya? Hihi) hanya manusia-manusia bermental super power yang bisa dan sanggup bertahan.
Salah satu kerjaan Jean Kids yok baca dibawah alkisah dibawah berikut, siapkan tisu ya. Sedihhh dan dramatis ini kisah! 

Hal konyol ketika mendengarkan kabar kurang bagus, tetapa ingin rasanya tertawa terbahak-bahak sampai kejang-kejang. Namun apalah daya sikon tidak mengizinkan, lagian ngeri jika sempat tertawa dilemparin batu lagi.  Beberapa hari lalu senang sekali melihat sepasang kekasih yang begitu telihat keren memposting poto berdua, yang laki-lakinya keren sangat srtylenya (modis) sempat berdecak kagum. Dasar aku usil langsung mengatakan itu siapa, kekasih hatinyakah? Hmmm... dengan semangat dan bercaya dirinya sahabat ini menjawab dengan tertawa begitu senangnya (mungkin dalam hatinya berkata: kerenan mana kekasihku dari pada lu kunyuk tengil? Kalah lu mah), Wkwkwk! Iya deh, akunya ngalah saja dari pada dilemparin batu. So ini orang senjata ampuhnya adalah batu, apa-apa pasti ahirnya akan ngancem dilemparin batu (bonyok). Telat bangun akan dilemparin batu, telat waktu sholat dan tidak sholat akan dilemparin batu, malas ngerjain tugas akan dilemparin batu. "Jago lai lakeh, Sholat lai lakeh, Buek tugas lai lakeh! Bae jo batu beko lai maleh-maleh!!!" (Bangun cepat, Sholat cepat, bikin tugas cepat, dilempar batu nanti malas-malas) Kalau diitung-itung mungkin itu batu sudah bisa untuk pondasi gedung bertingkat kali ya? Hehehe. Nah, singkat cerita setelah begitu senangnya mendapatkan Aplus dari saya mengatakan itu sahabat hebat dan keren mendapatkan lelaki keren dan gagah sebagai pendamping hidupnya sampai akhir hayat dan akan selalu bersama di syurga kelak (Aamiin).

Terkadang ini sahabat sempat jengkel dan marah-marah jika lagi sibuk diganguin ulah usilku. Ngerinya aku sempat dinobatkan sebagai JEAN KIDS (Anak jin, suka mengganggu) sadis dan sungguh terlalu. Tapi, saya cuek tidak ambil pusing. Peduli amatlah, yang menting aku senang, aku menang, aku bahagia berhasil ngusilin hingga yang diusilin geram hingga sekarat. "Abheeeeenk wak den sadang busy (sibuk) jan manggaduah. Pai siten jauh-jauh! (padahal di gangguin lewat chat, hihii). Manggaduah juo bae jo batu beko lai aa! dasar Jean Kids Lu" (Abhenk jangan mengganggu saya lagi sibuk, pergi sana jauh-jauh, menggangu lagi dilempar batu, dasar anak jin kamu). Kan? Lagi dan lagi batu sebagai senjata andalanya. Hohoho! Begitulah kira-kira bagian dari ancamannya. Kadang kalau sibuk sangat kasih tanda jempol, harus konek segera. Itu bartanda harga mati tidak boleh diganngu. Ya, dasar saya keras kepala tetap membangkang ngechat trus sampai akhirnya lenyap itu sahabat dari peredaran dunia maya. Entah nendang dinding, atau gigit bantal saking jengkelnya saya tidak tau. Kalau emang iya, emang gua pikirin, itu deritanya kali. Hahaha

Beberapa hari kemudian benar-benar lenyap dengan jangka waktu yang lumayan lama, lebih kurang 17 jam tidak ada tanda signal warna merah disalah satu akun sosial saya menyatakan ini sahabat tidak aktif. Eit! Tiba-tiba ada tanda merah di atas akun saya bahwa akunnya aktif. Langsung dikasih pertanyaan yang betubi-tubi. Jawabannya Lagi DiRS, saya kaget! Ternyata yang sakit lelaki keren sang kekasih hatinya. Kaget saya hanya sebentar, otak nyeleneh langsung beraksi dan ingin tertawa "miris juga ini orang jarang-jarang posting poto berdua, sempat posting dua hari yang lalu. Eeee gak taunya hari ketiga malah posting dengan tema dan backround yang bertolak belakang dari postingan awal" Wkwkwk. Saat diceritakan bahwa saya tertawa malah itu sahabat ikut tertawa cekikan dan berkata " Hihihi...! Iyo mah, indak bisa poto baduo doh..." ( Iya neh, tidak bisa poto berdua). Ciaaaannn! Hihii. Hufff...

Hahahahahah! (Jean Kids tertawa terbahak-bahak sambil nangkring dipuncak tower) Mak Peri...! Tulung turunin aku dhunkkkkk...!!! 😎

By: Abhenk Gokil

Sepeda Baru Libur Panjangku



Liburan panjang adalah hari istimewa yang paling ditunggu-tunggu dan begitu bahagianya rasa hati, rehat sejenak dari rutinitas kampus sebagai mahasiswa yang berangkat dari kampung menuju kota tempat menimba ilmu demi tercapainya sebuah cita-cita dan terkabulkan impian yang selalu bergelantung dipikiran sebelum lelapnya tidur. Sebenarnya tidaklah begitu banyak kegiatan yang kulakukan selama liburan dikampung. Sesekali melihat kebun orang tua yang ada dibelakang rumah, setelah bosan kemudian pergi kekebun tetangga yang lagi mengarap tanah untuk ditanami sayuran nantinya. Kemudian berkumpul dengan sahabat-sahabat lama semasa sekolah dulu baik dari SD, SLTP maupun SMU. Pada liburan akhir semester kali ini pun kembali pulang kampung, berkumpul dengan keluarga, ayah dan ibu, saudara, sahabat, dan tetangga juga. Hal wajib dan tidak boleh tertinggalkan adalah mengantar kedua orang tua cek up kesehatannya ke dokter langganan, ya... kedua orang tua tidaklah muda lagi. Badannya mulai ringkih dimakan usia dan sakit-sakitan. Terkadang sifat kekanak-kanakannya muncul minta diperhatikan, mungkin kangen jarang ketemu  selamaku menuntut ilmu dinegeri orang sehingga mereka ingin dikasih perhatian lebih dan disayangi ketika saya pulang kampung. Sebagai anak yang ingin juga berbakti kepada kedua orang tua dengan ikhlas menuruti apa maunya, tidak dipungkiri juga terkadang ada rasa jengkel. Namun masih bisa mengontrol diri. Takut kualat saya, dosa-dosa yang lalu belum tentu terampuni.

Hari itu kedua orang tua minta diantarkan lagi kedokter langganan mereka. Sepanjang perjalanan diam-diam diperhatikan raut wajah ayah yang duduk didepan tepat disampingku, sementara ibuku mengalah duduk dibelakang. Asalkan suami tercintanya bahagia kali ya. Pastinya Enggan rebutan tempat duduk dengan ayah, Hahaha. Kulihat wajah ayah terlihat begitu cerah dan berseri. Sempat berpikir ini ayah sakit apa gak sih? Pas mau berangkat mengerang-mengerang menahan sakit. Sekarang kok tidak seperti orang sakit ya. Pintar menyembnyikan sakitnya atau apa? Oooo...? Aku mencoba menerka-nerka dalam pikiranku, ini ayah sebenarnya ingin di ajak jalan-jalan sore sepertinya. Mungkin beliau bosan dan suntuk dirumah. Cuma enggan menyampaikan langsung, mungkin tidak ingin menyusahkan juga kali ya. Aku pun senyum kecil melihat beliau dan berkata dalam hati " jika benar apa yang kupikirkan, boleh juga ini trik si ayah" Hihihi. Tidak, ayah benar-benar sakit. Ini hanya pikiran nyeleneh aku saja.

Kemudian sampailah kami ditempat dokter langganan yang dituju. Langsung cek up, entah apa pembicaraannya dengan dokter saya tidak tau pasti karena sibuk dengan hape ditangan bercanda ria melalui beberapa akun sosial dengan kawan yang jauh disana lewat komentar postingan status dan chatingan. Kebetulan kawan-kawanku mempunyai selera humor yang tinggi, cukup menghibur. Merasa beruntung tuhan telah mengirimkan sahabat yang baik. Akunya yang tidak baik, sering usil. Bahkan candaanku kadang kalanya diluar batas, tapi syukur alhamdulillah mereka tidak marah dan tersinggung dengan ulahku yang boleh dikatakan tengil. Mereka cukup memahami dan mengerti aku memang begitu orangnya. Bila usilku kambuh, beberapa dosen dikampusku pun menjadi korban keusilan dan ulah tengilku. Ya, yang namanya dosen tentu tidak mempermasalahkan ulahku selagi masih dibatas kewajaran. Palingan berkata "biasalah mahasiswa perantau yang jauh dari orang tua. Jadi wajarlah cari perhatian, satu-satunya ya kitalah sebagai pelampiasan kerinduan kasih sayang dari orang tuanya yang jauh disana." Ya, ada benarnya. Betapa beruntung juga aku kenal dengan beberapa dosen yang bisa mengerti dan memahami keadaanku. Terima kasih dosen-dosenku... Guyonan-guyonan yang mengocok perut jadi tawa sehingga tidak begitu memperhatikan ayah dan ibu yang lagi diruangan praktek dokter tersebut.

Tiba-tiba ayahku keluar duluan yang kemudian disusul oleh ibuku dibelakangnya. Sang ayah pun menegurku "Ayok pulang, udah selesai...!" Aku pun beranjak dari kursi tempatku duduk, "Ya Ayah, ayok...." ikut berjalan di tengah-tengah mereka. Karena kwatir ini sang ayah jalannya sudah pake tongkat. Meski udah pake tongkat dan jalan tergopoh-gopoh hati masih kuat dan keras, dibimbing menuju mobil tidaklah mau. Jaga gengsi mungkin, hehehe. Saya pun tidak memaksakan diri untuk membingnya, dibiarkan beliau berjalan sendiri tetap disampingnya. Ini si ayah, celoteh sana sini selama menuju parkiran. Saya pun iya-iyakan saja, entah apa yang diceritakan dan kemana arahnya saya sendiri tidak begitu paham dan mengerti. Sesampainya dimobil, sang ayah masih tetap bercerita sambil berjalan tergopoh-gopoh pakai tongkatnya. Aku pun meninggalkan sang ayah didepan mobil dengan niat hati membukakan pintu bagian depan sebelah kiri. Nah, kejadian yang di luar dugaan terjadi yang membuat saya tertawa ngakak! Tidak pantas sebenarnya, tapi itulah kenyataannya. Maaf Ayah. Pintu sudah terbuka sang ayah tidak ada disamping saya, saya pun memutarkan kepala mencari dimana ayahku tadi. Masyaallah! Kulihat sang ayah ternyata berada dipintu depan samping kanan bagian setir! Ternyata waktu membuka pintu sebelah kiri tadi sang ayah tidak mengikuti saya, beliau malah ambil jurusan sendiri. Tapi salah! Hahaahahha! Saya pun menegur sang ayah sambil tertawa " Yah...ayah penumpang apa supir? Pintu sebelah kanan untuk supir, pintu sebelah kiri untuk penumpang yah... Hihihiks" tertawa cekikikan. Sang ayah pun tersadar dan ikut tertawa lucu "Hehehe...lupa dan kilaf saya...!" sembari berjalan kembali menuju pintu sebelah kiri.

Keesokan harinya, aku mau mengganti kaca film mobil yang sudah mulai tergores dan sebagian kecil mengelupas. Pas mau berangkat sang ayah ternyata ada diruang tengah lagi nonton siaran disalah satu cannel tv swasta. "Mau kemana kamu?" beliau betanya. "Mau ganti kaca film mobil yah..." Jawabku
"Ooo... saya kira mau ngisi minyak mobil, saya mau ikut. Sekalian mau beli sepeda seken...!" Tegas dan berwibawa. "Hmmm... kalau ayah mau ikut ayoklah, tapi kita harus nunggu ditempat variasi nanti. Atau saya antarkan ayah dulu mencari sepedanya, setelah dapat ayah diantarkan lagi pulang..." Kataku. Sepeda seken? Ya, sepeda seken. Ini sebenarnya suatu masalah buat sang ayah. Sudah lama keinginannya mau membeli sepeda tersebut. Kami dirumah menganjurkan beli saja yang baru, biar puas. Kalau yang seken dibeli nanti cepat rusak, ayah juga yang repot toh? Ayah ngotot tetap mau membeli yang seken! Sudah karakter beliau dari dulu yang masih berlaku sampai sekarang. Ketika ingin sesuatu dihatinya sulit ditawar dan dikasih masukan. Ya, sudahlah. Ikutin saja, yang namanya juga orang tua harus diikutin keinginannya. Takut kualat. Selang beberapa waktu kemudian kakaku pun keluar dari kamarnya. "Ya sudah, jika ayah mau cari sepeda sekarang tidak apa-apa. Lain hari saja ganti kaca filmnya. Silahkan ayah ikut, pergi isi minyak mobil dulu, nanti pulangnya mampir ditoko sepeda seken itu...!" kata kakaku memberikan uang untuk mengisi minyak mobil sambil kedipkan mata kearahku. Aku tanggap segera, maksud toko sepeda seken itu adalah Toko Sepeda Baru, yang mana pulang dari SPBU toko sepeda baru yang duluan dilewati. Terpaksa main wataklah kita-kita untuk meluluhkan hati keras ayah. Hihihi.

Kemudian aku dan ayah pun pergi mengisi minyak mobil di SPBU satu-satunya yang ada dikampungku, berjarak lebih kurang 20 km. Setelah minyak mobil terisi kami pun kembali menuju pulang.
Kemudian berhenti, namun ayah protes! "Loh...loh...? Kok berhenti di apotik sih? Saya mau beli sepeda bukan obat...!" Weleh? saya salah parkir, bukannya berhenti di toko sepeda seken. Padahal itu akal-akalan saya saja salah parkir. Karena tidak berapa jauh dari apotik tersebut ada toko sepeda baru, bukan toko sepeda seken! Hahhaha, maafkan anakmu ayah. "Oh...iya...iya...?!?" Jawabku sambil pasang raut wajah bingung rada-rada lupa. "Wah! Itu didepan ada toko sepeda ayah... kita lihat dulu kesana ya, mana tau ada sepeda sekennya...!" Suara dilembutkan tapi semangat. "Itu mah toko sepeda baru...! Mana ada yang seken disitu!" Jawaban ayah sedikit ketus dengan wajah cemberut sambil mutar-mutar tongkat ditangan yang selalu dibawanya kemana pergi. "Busyet dahhhhh... berabe ini urusan, sepertinya ayah mulai curiga bahwa itu akal-akalan saya saja. Bisa-bisa diketok neh kepala saya pake tongkat kesayangan" saya berkata dalam hati. Kembali putar otak, gimana caranya ayah tidak gusar dan emosinya memuncak. Parah sang ayah jika udah emosi, kebawa terus sampai rumah nantinya. Sampai dirumah akan celoteh sampai esok pagi dan akan demam biasanya. Duh... Ayahku..
.
Dengan sedikit pasang wajah manis dan sok keren saya kembali berkata sama ayah. "Kan kita cuma lihat saja ayah, kalau ada yang seken dan ayah suka kita beli. Kalau tidak ada ya gak beli kita..." Ayahpun bersuara, "Hmm....iyalah, terserah mana bagus kamu aja..." Horeeeee! Ayah manut. Gak tau juga dalam hatinya merutuk. Uzon saya. Aku pun kembali menjalankan mobil menuju toko sepeda baru tersebut. Bisa jalan sih dari apotik tempatku parkirin mobil, cuma berada diseberang jalan. Kasihan sang ayah akan jalan tergopoh-gopoh pakai tongkat kesayangan. Dibimbing jangan harap mau ayahnya. Pernah juga saya bimbing dulunya, tangan saya ditepisnya "Gak usah dibimbing-bimbing saya. Masih bisa dan kuat jalan..." Kata penolakannya. Sampai ditoko sepeda baru tersebut aku bukakan pintu mobil dan mepersilahkan ayah untuk segera turun melihat sepeda. Gak semangat terlihat... Kemudian aku pun memanggil pemilik toko, dan menanyakan harga beberapa tipe sepeda tersebut, karena lain tipe lain harga. Ayah pun kubiarkan dengan leluasa melihat-lihat, berharap salah satu sepeda ada yang disukai ayah. Saya pun pura-pura sibuk sendiri nanya ini dan itu kepada pemilik toko sambil mataku sesekali melirik dan memperhatikan kemana arah mata ayah melihat beberapa sepeda tersebut.

"Kalau yang ini berapa nak..."? Tiba-tiba ayah menunjuk salah satu sepeda berwarna merah. Wah! Ayah mulai tertarik neh dengan sepeda seken, eh sepeda baru. Mata saya pun tertuju kearah sepeda yang ditunjuk ayah, memang tampak bagus sekali dengan warna ngejreng. Jiwa muda ayah kembali bergelora sepertinya. Ayah memang penyuka warnah merah dari dulu, motornya dulu juga berwarna merah, helm warna merah, jaket pun warna merah, maching broh! Hanya sepatu kulit dan kaca mata yang berwarna hitam. Semuanya dipakai lengkap jika mau bepergian jauh dengan motor HONDA CB 100 merah kesayangannya. Pada masa itu hanya beliau satu-satunya yang baru punya motor dikampung kecilku. Sudah keren dan mantap tarik jabriklah. Ayah memang suka rapi dan stylenya modis sesuai dengan zamannya, beliau begitu terlihat macho dan keren bila di atas motor. Tiap sore aku pun merengek setelah mandi dan berpakaian rapi minta dibawa jalan-jalan. Padahal ayah masih capek pulang dari kebun atau sawah, yang namanya orang tua sayang anak tetap memenuhi keinginanku. Ditambah lagi aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ada empat sebenarnya, diatas aku nomor tiga telah kembali pulang di ambil sang Khalik waktu usia 7 tahun. Karena merasa bungsu ini salah satu penyebab aku sedikit manja dan usil, suka mencari perhatian dirumah agar disayangi. Nakal jangan ditanya, gak ketulungan! Keras kepala juga! Bila ada keinginanku tidak terpenuhi akan menangis meraung-meraung sambil menghempaskan barang-barang terdekat. Tempramental juga supertinya. Setelah lelah akan tertidur sendiri ditempat aku meraung-meraung tadi. Kemudian ketika terbangun aku sudah berada dikamar, di angkat ayah. Betapa mulianya hati seorang ayah.

Kenangan yang tidak pernah terlupakan waktu kecil dulu ketika coba-coba mengambil uang ayah lima ribu rupiah dari kantong celananya untuk membeli ice crem potong, Es unyil namanya. Es ini memang bergambarkan siUnyil dibagian plastiknya. Aku udah ngiler membayangkan betapa nikmatnya merasakan segarnya ice cream dihari yang lumayan panas, kemudian teriak-teriak memanggil ibuku mau minta uang untuk membeli es unyil segara. Sayangng ibuku tidak ada kelihatan, lagi dirumah tetangga. Aku pun nekat masuk kamar, lalu merogah kantong celana ayah. Alhamdulillah... dapet! Kulihat ada beberapa lembaran mata uang kertas aku tarik satu. Aku berlari mengejar penjual es unyil "Bang...! beli Es bg...!" Teriakku terengah. Sipenjual espun berhenti, "Berapa potong dek???" Tanya si abang. "Sehabis uang bang!" Jawabku seadanya. "Yakin? Ntar dimarahin ibumu loh, kebanyakan makan Es gak baik untuk kesehatanmu dek...!" Siabang terlihat kuatir, baik ini si abang tidak hanya memikirkan dagangannya laris manis saja. Tapi, juga mengingatku agar tidak terlalu banyak memakan ice cream dagangannya. "Kasih aja bang...! Ibu saya tidak ada dirumah kok...!" Ngotot hentak-hentakkan kaki ketanah. "Iya...ya, tapi nanti jika dimarahin ibumu jangan salahkan saya ya...!" Kata siabang. Kemudaian 5 batang es potong diambil siabang dari kotak pendingin. Saya kaget! Banyak amat ini es? Ternyata harga sebatangnya es potong hanya seribu rupiah! Hahhaha! Sempat bingung dan mikir, ini benar kata si abang tadi jika ibuku tahu membeli es sebanyak ini pasti dimarahin. Aha! Saya dapat ide, kebetulan ada beberapa anak-anak yang usianya lebih tua dari ku sedang main bola meski hari panas dan terik mereka tetap bermain. Aku pun menghampiri mereka. Kemudian memberikan es potong tersebut kepada mereka, dalam hitungan menit 4 batang es potong ludes! Es bagianku masih tinggal separo lagi, udah kelenger makan sendiri sampai bersandawa. Rakus! Hihihi.

Setelah es tesebut abis kumakan, tiba-tiba terdengar suara ayah memanggilku, entah kapan pulangnya dari kebun aku tidak tau. Jantungku mau copot, muka pucat pasi, ingat sudah mengambil uangnya beberapa waktu lalu. Coba berani dan meyakinkan diri untuk mengahampiri ayah seakan-seakan tidak ada masalah. Jantung tetap berdebar-debar! "Iya ayah...tunggu sebentar...!" tarik nafas dalam-dalam mengumpulkan keberanian. "Ayo cepat sini, mau uang jajan kamu gak...!" Suara ayah terdengar dari kejauhan. Kupingku langsung berdiri ketika mendengar uang, rasa yang ditakuti tadi lenyap seketika. "Iya ayah! Maaaaauuuuuuu!!!" Teriakku kencang sampil menghampiri ayah. "Sini...!" Kata ayah sambil tersenyum dan merogoh kantong celananya. "Asyek! Dapat uang jajan lagi" teriakku dalam hati begitu senangnya. Kesalahan mengambil uang ayah tanpa sepengetahuan tadi benar-benar terlupakan! Namun, tiba-tiba tangan ayah bergerak secepat kilat menuju kupingku! Dijewer! Lalu ayah berkata "Kamu yang mengambil uang ayah tadi ya, ayo ngaku!" Senyumnya tetap, cuma tatapan matanya tajam penuh selidik mematikan! "Buk...bbb...bbbkk...!" Aku gelagapan mau ngeles dan ingin mengatakan bukan aku pelakunya. Namun ayah tidak bisa kutipu, jewerannya semangkin kencang dan terasa panas ditelingaku. "Hmmm...! Kalau bukan kamu siapa lagi. Cuma kamu yang ada dirumah tadi. Abangmu belum pulang dari sekolah. Ayo! Ngaku tidak kamu?" Ayah terbaca jalan pikiranku, tuduhan akan beralih kepada abangku. Curang dan licik! Padahal abangku sekolah masuk siang, pulannya sore. Suara dan jeweran ayah semangkin keras dan kencang. Wajahku makin memucat, tubuh gemeteran tidak terkendali. Aku udah gak kuat nahan mau nangis! "I...i...i...iya...aaa...ayah... ampuuuun..." Jawabku, tangis pun pecah, tapi kali ini tidak meraung-meraung. Cecegukan wajah tertekuk malu. "Besok jangan coba-coba ngambil uang tanpa meminta dulu ke ayah ya! Kali ini ayah ampuni kamu. Trus kamu beli apa uang tadi?" Jeweran ayah sudah lepas dan suaranya sudah mulai lembut. "Saya belikan es unyil semuannya ayah, trus sebagiannya  dikasih sama kawan-kawanku..." Jawabku disela cecegukan. "Tidak bohong kamu? Tidak dimakan sendiri esnyakan?" Ayah kembali bertanya. "Tidak ayah...!" Itu sepenggal masa kecilku dengan ayah, saat ini aku yang gantian wajib dan harus menyayangi ayah yang tidak lagi muda dan setegap puluhan tahun silam. (Garis bawahi : Tidak pake dijewer juga ayahku bro, kualat lu ntar)

Kembali kemasalah membeli sepeda tadi, ayah benar-benar sudah tertarik dengan sepeda berwarna merah itu. Harga ayah pun sudah tidak mempermasalahkan, memang harganya tidaklah terlalu mahal. Namun, si pemilik toko sepeda mengtakan "Kalau yang ini tidak bisa bapak beli, bukan saya tidak mau menjualnya. Cuma, lobang tempat memasang sadel tidak ada dratnya sebalah pak. Otomatis sadel tidak bisa dipasang pak... ini mau saya tukarkan kembali ketoko tempat saya membelinya...!" Saya anjurkan yang lain ayah tidak mau. Saya pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Mungkin ini memang dampak dari coba-coba mau mengecoh ayah agar tidak jadi membeli sepeda seken. Ya, kena kualat juga sih. Ayah tetap benar. Kami pun kembali masuk kemobil dan pulang, ternyata ayah masih kuat keinginannya untuk membeli sepeda seken. Pas lewat didepan penjual sepeda seken, aku pelankan laju mobil. Wajah ayah terlihat murung, karena tempat itu tutup. Aku malah berbinar-binar senang. 1-1 lah Aku vs Ayah siang ini. Perjalanan menuju pulang pun dilanjutkan, iseng aku bertanya kepada ayah. "Untuk apa sih ayah pakai acara beli sepeda segala, memangnya ayah mau kemana? Kan kalau mau apa bisa kita antarkan atau dicarikan keperluan ayah. Lagian jalanpun ayah udah payah sekarang..." hati-hati juga mengucapkan kalimat yang terakhir, takut ayah tersinggung dan merasa diremehkan. "Saya beli sepeda untuk kekebun rambutan yang ada dibelakang rumah kita, dan sebagai pengganti tongkat saya berjalan...!" Terlihat dingin dan serius tidak lagi sedang bercanda. Jawaban itu justru yang membuat aku ingin tertawa seketika. Jadi selama ini ayah ngotot mau membeli sepeda hanya untuk dijadikan pengganti tongkat, digiring maksudnya tanpa duduk diatas sepeda dan mengayuhnya. Kekebun rambutan lagi. Ooaaalahhh...! Mobil pun terus melaju melewati jalanan, satu demi satu tikungan telah terlewati. Selama perjalanan itu, aku mikir dan berkata dalam hati "Alasan ayah sebenarnya masuk akal semua, pertama ngotot mau membeli sepeda seken karena fungsinya hanya untuk digiring sebagai pengganti tongkatnya, kedua harganya lebih murah dari pada sepeda baru, sisa uangnya bisa dipergunakan untuk keperluannya yang lain..."

*Namun, itulah kita. Terlalu egois tanpa mau memahami maksud dan tujuan orang lain meski pun itu orang tua sendiri. Sesungguhnya kita hanya mengikuti keingin kita sendiri meski tujuan itu dengan niat yang baik, tapi belum tentu baik untuk orang lain dan sesuai keinginannya...

By: Abhenk Gokil

SONGGO LANGIT LELAKI BERJUBAH SUNYI


Seiring berjalannya waktu hari-kehari populeritasku (Artis Korea gagal ikut casting, Hahaha) semangkin memuncak kurang lebih setinggi tower yang tidak berdaun diseluruh jagat raya antah berantah. Saya merupakan seorang mahasiswa yang telat nyadar betapa pentingnya sebuah pendidikan. Namun dulunya tidak menghiraukan, sibuk dengan dunia yang aku sendiri tidak pernah tau dan mengerti dunia apa yang kujalanin tempo dulu. Pastinya selalu nongkrong dipinggir jalan, bila malam dipinggir jembatan dengan model rambut gondrong. Terkadang pengendara kendaraan sering kaget melihat dikirain gederowo, tapi setelah nereka berhenti malah merdecak kagum. Kagum dengan raut wajah ganteng dan teduh saya. Percaya diri begitu tinggi dengan postur tubuh ceking atau kurus kering dengan sebotol minum keras ditangan. Dibandingkan dengan keadaan sekarang sangatlah jauh berbeda, saat ini saya sendiri malah sering jengkel dan prustasi dengan lemak berlebih dibagian perut. Ah, buncit persis seperti buaya bunting. Hehehe!

Percaya diri tetap tinggi, bahkan menobatkan diri sendiri menjadi orang terkeren dilingkungan kampus tempatku kembali menimba ilmu meraih cita-cita yang tertunda, dan impian yang tercecer dijalanan yang mana tak seorang pun sudi memungutnya. Coba uang yang tercecer! Ijo itu mata orang-orang. Itulah kehidupan, kejam. Aku pun kuliah sebagaimana mahasiswa lain pada umumnya, pake baju, pake celana panjang (kalau boleh pake celana pendek akan dilakukan) lengkap dengan aksesoris pendukung style yaitu kaca mata bening sedikit lebar, rambut pun dikasih cat warna merah biar dikatakan kekinian. Tidak lupa memakai sepatu boat kesayanganku, wah lengkaplah sudah penampilan untuk memasuki gerbang kampus. Sepatu boat kulit ini tanpa saya sadar rupanya menjadi ciri khas tersendiri untuk anak-anak kampus menandaiku, pernah suatu hari mahasiswa baru kebingungan mencari tau namaku siapa, dia taunya "abang pake sebatu boat" miris juga sih hati ketika mahasiswa itu bertanya kepada salah satu teman "eh iya bang, abang yang selalu pake sepatu boat itu siapa ya namanya?"
"Oooo itu Abhenk namanya...!" Teman itu menjawab pertanyaan. Huhhhkk... kurang baca do'a ini mahasiswa baru, masak tidak tau dengan seorang Abhenk? Abhenk Gogil yang selalu eksis didunia nyata dan didunia maya...! Hahaha... sombong dan angkuh minta ampun!

Jam istirahat kuliah selalu nongkrong dikantin kampus sekedar minum kopi manis dan makan mie rebus atau mie goreng, pernah juga gak pesan apa-apa sama sekali kelupaan bawa dompet. Padahal dompet juga ndak ada isinya cuma lembaran kertas tanda bukti pembayaran uang kuliah tiap semesternya, benarnya duit sepersen pun tidak ada maklum mahasiswa perantauan uang sakunya telat nyampe. Udah abis belum pada waktunya kali. Hihihi!
Pernah suatu senja yang mulai temaram disebabkan sang mentari mulai beranjak keperaduannya. Saya dihardik oleh seorang lelaki yang belum kenal sama sekali, lelaki ini akan menjadi musuh bebuyutan kelaknya dalam celetoh-celoteh canda segar menurut saya sih. Kalau lelaki itu bukan urusan saya. Hahaa. "Woih! Obeng Cukil! Siapa sih panggilanmu, abhenk gokil apa obeng cukil?!?" Aku pun kaget, kulihat disebalah tempatku duduk menikmati setengah gelas kopi yang dibatasi oleh dinding papan setengah tiang berdiri seorang lelaki pertopi yang tidak lagi cerah warnanya, sudah muram semuram wajahku karena sebagian orang yang ada dikantin tertawa ketika lelaki itu dengan berani mendaur ulang abis nama kebesaran Abhenk Gokil menjadi Obeng Cukil, gerahamku mengatup menegang menahan geram. Geram semangkin menjadi dan memuncak seteleh melihat lelaki tersebut memakai alamater kampusku. "Njir ni bocah! Cari resek sepertinya ini, baru itungan hari nongol dikampus ini udah berani ini bocah. Ini pasti mahasiswa baru ini. Awas, gua caci maki lu ntar!" Berkata dalam hati, aku pun berdiri untuk melihat lebih jelas lagi siapa gerangan bocah bertopi muram tubuh terbalut almamater tersebut. Gilak! Malah cengar cengir tanpa ada rasa bersalah dengan wajah polos tanpa dosa ketika melihat aku berdiri kearahnya. Songong sangatlah tampangnya, ingin kusiram segera dengan sisa air kopi! Emosi memuncak ke ubun-ubun! Grrrrrkkk...! GERAM.

Setelah sosoknya terlihat begitu jelas, saya hanya merutuk dalam hati dengan miris "Busyet semprul aje gile..." ternyata itu sosok yang masih cengar cengir seperti sapi ompong abis ketelen biji karet si SINGGO LANGIT!!! Oh Tuhan!!! Ya, aku tau itu adalah sisonggo langit dedengkot karya tulis. Aku sering intip-intip karya-karya tangan bisulannya (wkwkwk) lewat website yang dikelolanya. Kalau ada tulisannya yang menarik dan aku suka ketika dianya mengshare diakun facebook dengan ikhlas tanpa basa-basi aku kasih jempol. Kalau tidak menarik menurutku, diabaikan saja, meduli amatlah. Hihihi. Aku pun mengahampirinya. Amarah telah lenyap, beruntung nyawanya terselamatkan oleh nama besarnya itu, adalah sebesar biji karet. Kita, puih! Kita? (Sok akrab) lalu bercerita ngalar ngidul sambil tertawa cekikan bahkan terbahak-bahak ketika ada banyolan yang lucu tanpa peduli dengan pengunjung kantin lainnya. Ternyata si dedengkot ini mempunyai selera humor yang tinggi dan mumpuni untuk dijadikan korban keusilanku nantinya. Hahahaha (tersenyum licik dalam hati). Aku pun dikasih lihat karya-karya tulis diwebsitenya secara langsung lewat laptopnya yang sudsh paruh baya, sudah tidak baru sih! Hehehe.

Entah setan mana yang merasuki simas Dedengkot Songgo Langit. Panggil mas karena senior dikampus yang belum selesai-selesai skripsinya. Nulis cerpen kisah hidupnya yang menoreh dan merobek hati rajin, skripsi gak kelar-kelar. Apa emang begitu sisi gelap seorang penulis kali? Ah, entahlah. Pusing juga mikirinnya, bukan urusan saya. Itu deritanya. Tau-tau tiada angin tiada hujan ditengah malam suntuk ngechat saya dan bertanya. Eh! Maap saya yang bertanya duluan ternyata. Hahahaa!
"Mas benaran ada tuh pelem? So ini seantero dunia maya udah tercengang loh mas. Hhhhh
Kalau gak ada pelemnya, modar lah kita diserbu fans mas. Xixixi" menanyakan tentang sebuah pelem sepasang kekasih yang cintanya tidak direstui kedua orang tuanya, film dipromosikan lewat akun facebooknya akan tayang dalam waktu dekat. Aktornya pemain pelem dia sendiri, aktrisnya sahabat wanita yang juga mahasiswi dikampusku. Dikampus sahabat ini lumayan populer jugalah, siapa yang tidak kenal dengan Eby? Hihihi. Pelem ini digarap atas kerja sama sahabat-sahabatnya mas songgo langit yang udah pada uzur. Hihihi!
Kemudian dengan entengnya simas Songgo Langit membalas dengan tertwa renyah "wk wk wk wk wk... kita buat". Apah! Nanti kita buat? Aku pun tepok jidat dan kejang-kejang....

😜...BERSAMBUNG...😜

By: Abhenk Gokil